TULISAN INI saya copy n paste dari sini :
http://nuha85.wordpress.com/2010/05/06/selamat-jalan-mas-mbing/Selamat Jalan, Mas Mbing… May 6, 2010
Posted by haSna- ^_^ in Kisah.
trackback
Selasa pagi (4/5/2010), aku terbangunkan oleh sebuah telpon dari rekan pembina putri pramuka ITS. Sepagi ini, apa mau mbangunin sholat malam? pikirku seketika. Setelah aku angkat ybs tanya apa aku sedang di Surabaya. “Iya” jawabku. Lantas dia minta tolong aku untuk nganter. Weits, dari kemaren kok banyak bener orang yang minta tolong aku nganter kesana kemari. “Hasna, wes jangkep durung?”, “Heh, iya mbak.” Pas aku liat ternyata udah jam setengah enam, bukan lantaran sudah pagi yang bikin aku tersentak tapi berita dari seberang yang mengabarkan kalau Ms Mbing, begitu panggilan akrabnya, meninggal. Aku masih tertegun, tak percaya, hanya sedikit penjelasan yang bisa aku tangkap itupun segera diakhiri dengan kesepakatan berangkat bareng ke rumah duka jam setengah tujuh.
Aku sedih, kaget tapi seperti biasa aku seakan sudah kehabisan air mata. Tertampung semua kesedihan di dada, tak bisa nangis cuma bisa berekspresi dengan kata-kataku “Ya Allah….” Baru minggu kemaren aku bertemu beliau, dengan ‘gemes’ aku nagih proposal yang dijanjikan sejak beberapa bulan lalu karena 2 perusahaan riset yangsering mengajakku minta dioutbound, beliau cuma membalas dengan senyuman.
Lantas 2 sms datang “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Tlh berpulang ke rahmatullah, K’ Bambang Pramuka, mlm td dlm pesawat menuju Maldives. Smg arwah beliau diterima di sisi-Nya.”, sms dari rekan yang nelpon aku tadi, Mbak Lita, dikirim 04:06 tapi baru nyampe HPku pukul 05:30. Sms kedua seolah sudah tak bisa berkata apapun “Ndar, Has… Mas Mbing meninggal” dari Mbak Rahma, rekan seperjuangan di outbound yang kini jadi dosen di Solo. Yang disebut “Ndar” ini juga rekan seperjuangan outbound, juga sahabatku sejak SMA, yang kini kerja di Jakarta. Aku nelpon rekan seperjuangan lagi yang jadi PNS di Jakarta tapi tak diangkat. Tak berapa lama kemudian akhirnya dia nelpon ulang. Hah, ini dia temanku yang menurutku paling banyak mewarisi sifat dan ilmu dari Mas Mbing dalam hal mengoutbound dan nggaplekinya. Kami sama-sama mengungkap kesedihan, tak menduga, kepasrahan, akhire aku bisa nangis, lega, aku puasin dan janji nanti pas di rumah duka gak usah nangis lagi.
Padahal baru semalam aku dapat ide untuk nulis tentang “meskipun tak punya orang tua kandung, tapi kasih sayang dari orang tua tetap aku dapatkan…” Beliaulah salah satu inspirasinya, dan akupun sudah mengumpulkan beberapa foto outbound dengan beliau dalam flashdisc, ukurannya sudah aku perkecil, tinggal upload. Nah lah kok… akhirnya foto itu ku upload juga tapi dengan cerita yang berbeda. Sebelum menuju rumah duka, aku sempatkan buka facebook (FB) beliau, deretan ungkapan duka, juga FB teman-teman seperjuangan yang juga mengungkapkan perasaan yang sama. Kehilangan Besar, itu jadi kata kunci kami.
Mas Mbing ini, guruku meski tak pernah mengajariku di dalam kelas, tak pernah mengajariku secara langsung, aku hanya mengamati beliau ketika di lapangan dan mengambil banyak pelajaran. Trainer outbound pertama dan terbaikku, sampai saat ini belum menemukan tandingannya. Tiap aku outbound, provider yang pertama aku ingat adalah Talenta Indonesia milik beliau. Kalau ngomong outbound, orang yang pertama aku ingat adalah Mas Mbing ini. Yang aku jadikan rujukan dalam menyusun rangkaian acara outbound adalah konsep yang aku pelajari dari beliau, ketika menikmati outboundnya, mengamati beliau dan timnya di lapangan, mempelajari proposal dan laporan outboundnya. “Bener Has, dia jg bos terbaikq. Pasti masing2 temanx pnya kesan mdalam thdpny. Moga kepergiannya smakin mdekatkn qt kpdNya.”, sms dari mbak Rahma ini yang membuatku bisa meredakan duka.
Sesampainya di rumah duka. Ada istrinya dengan wajah sembabnya. Matanya yang berkaca-kaca sesekali meneteskan air mata, dengan tenang. Anak semata wayangnya, yang berusia, hm… mungkin 6 tahun (cz pertama kali aku ke rumahnya saat akan berangkat outbound tahun 2005 silam, anaknya masih bayi) sedang diungsikan ke rumah saudaranya. Susah juga menjelaskan ini kepada anak kecil apalagi jenazah belum datang. Ibunya pun masih belum menemukan cara yang tepat untuk menjelaskan. Sudah mereda suasana di sini, atau reda sementara karena memang jenazah belum datang. Beberapa rekan outbound ada disini, juga berkumpullah istri-istri rekan yang berangkat outbound dengan beliau. Mas Mbing ini meninggal di pesawat karena stroke, baru disadari kalau beliau meninggal saat pesawat sudah di bandara, pada selasa dini hari kurang lebih pukul 2. Beliau berangkat bersama 3 orang rekannya yang hendak mengadakan outbound di Maldives, cliennya adalah Hotel Shang rila. Kagum, ngoutbound sampai sejauh ini, keren! Outbound ini akan diadakah dalam 20 hari ke depan. Providernya bukan Talenta tapi Dilibas, yah… Talenta dan Dilibas ini bisa diumpamakan ‘keluarga’, trainer outboundnya Talenta ya sebagian besar orang Dilibas, trainernya Dilibas juga termasuk yang punya Talenta ini. Akhirnya yang disana bagi tugas, sebagian tetep ngoutbound dan yang seorang ngurus pemulangan jenazah. Kabar pertama jenazah akan dipulangkan Rabu 5/5/2010 pukul 10 tapi batal. Lalu ada kabar dipulangkan Kamis malam atau jumat paginya dan kabar terakhir mengatakan jenazah akan dipulangkan dengan Cathay Pasific tiba di Surabaya Sabtu 8/5/2010 pukul 19.35 WIB.
“Orang luar biasa, meninggalnya pun dalam keadaan luar biasa. Semasa hidupnya beliau sering kesana kemari keliling dunia, meninggalnya pun saat beliau melakukan perjalanan tugas.” Itu serangkaian kalimat yang diungkapkan rekannya. Kalimat lain yang tak kuduga tapi cukup membuatku terperanga lantas tersenyum geli karena yang ngomongpun berujar dengan tersenyum, “Mas Mbing ini dulu sering ngerjain orang, sekarang pun meninggal juga masih saja ngerjain orang, ngerjain temen-temennya yang mau outbound ini.” Menindaklanjuti ungkapan ini aku terpancing untuk berimajinasi dan mengungkapkan “Kalau inget film-film ya mbak, mungkin ni arwahnya lagi bersedekap tangan lalu dengan bangganya menertawakan temannya yang sibuk ngurus jenazahnya sambil bilang “Kapok, kon…!”, hehehe…” Hah, suasana jadi gak duka lagi ini. Kalau inget beliau ini rasanya gak pernah sedih, cerita tentang beliaupun tak pernah sepi dari tawa yang diikuti semangat untuk berubah jadi lebih baik.
Beranjak dari rumah dukapun, ketika sampai di sekretariat/sanggar pramuka ITS, cerita tentang beliau tak bisa langsung reda. Semua masih tertegun dan terus ingin bercerita. Berikut ungkapan dari beberapa rekan yang terekam di ingatanku dan aku setuju. Sayang sekali, belum ada kader yang mewarisi ilmu dan semangat beliau secara keseluruhan, ilmunya masih tersebar di beberapa orang. Beliau ini terkenal makannya “luar biasa”. Aku jadi inget waktu pertama outbound, pulangnya mampir warung, makannya gule kambing, sate, kerang dan jenis-jenis lainnya yang bikin aku geleng-geleng liat pola makan bosku yang satu ini. “Apa gak takut penyakitan?”, batinku waktu itu. Tapi kita patut mengambil pelajaran dari kejadian ini. Jaga pola makan dan rajin olah raga. Hidup sehat, itu kuncinya. Dan banyak lagi cerita tentang beliau, sebagai “guru” dan Talenta Indonesia yang jadi sekolah outboundku yang pertama dan paling berkesan.
Ya Allah, sehebat apapun beliau di mata kami, sebagai manusia biasa tentu tak luput dari kesalahan dan kelalalaian. Semoga Engkau mengampuni dosanya dan menerima amal perbuatannya. Berikan kekuatan pada keluarga yang ditinggalkan juga pada generasi penerusnya untuk bisa melanjutkan perjuangannya, outbound dan pramuka yang “lebih keren”