PRAMUKAREK Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forumnya Pramuka

Login

Lupa password?



Counter

Support by :
Diapun telah pergi Mendahului (Franky Sahilatua) Logossq
User Yang Sedang Online
Total 2 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 2 Tamu

Tidak ada

[ View the whole list ]


User online terbanyak adalah 82 pada 21/10/2024, 02:23
Facebook Like
Statistik

You are not connected. Please login or register

Diapun telah pergi Mendahului (Franky Sahilatua)

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

ghozy

ghozy
Moderator
Moderator

Sosok Penyanyi yang satu ini punya tempat khusus di sanubari saya.

Masa kecilku diisinya dengan lagu-lagu yang mengajarkanku mencintai betul negeri "Indonesia" ini. Berbagi keindahan alam dan harmoni manusianya.

Masa dewasaku diisinya dengan lagu-lagu yang menyadarkanku akan kenyataan dan ketidakadilan di negeri ini. Dan dia mengakhiri karirnya dengan berbagi dengan masyarakat tingkat bawah negeri ini. Benyanyi untuk mereka dan berjuang untuk mereka pula. Mengingatkanku untuk bertanya kembali "Apa yang sudah kubaktikan pada Bumi Pertiwi".

Franky Sahilatua, kini engkau telah pergi menghadap Illahi. Semoga engkau diampuni.
Semoga inspirasi yang kau berikan, bisa membuatku menjadi manusia yang lebih baik.


kutipan tulisan dari Kompas

Kami Bernyanyi untuk Franky
Jodhi Yudono | Rabu, 20 April 2011 | 18:42 WIB
Dibaca: 15601
Komentar: 18
|
Share:

Jodhi Yudono/kompas.com
Jane Sahilatua, adik kandung dan pasangan duet Franky, sedang memperdengarkan lagu dengan HP miliknya di telinga sang kakak.

TERKAIT:

Perjalanan Sang "Troubadour"
Selama di Singapura Franky Bikin 4 Lagu
Franky Sahilatua Telah Tiada
Mohon Doa untuk Franky Sahilatua

Di samping tubuhnya yang telah lemah, dengan alat bantu pacu jantung dan selang-selang infus, saya yang kebagian membezoeknya pada Selasa (19/4/2011) malam langsung shock mendapati sahabat saya, penyanyi dan pencipta lagu Franky Sahilatua, dalam keadaan tak berdaya. Saya didampingi Mba Anti Sahilatua (istri Franky) dan seorang lelaki yang menurut Mba Anti sedang menyalurkan energi untuk Franky.

Melihat kondisi Franky yang tak berdaya, spontan saya bernyanyi pelan di telinganya, sebuah lagu yang kami bikin bersama ketika berada di Hongkong usai menghibur kawan-kawan "Buruh Migran" di negeri bekas koloni Inggris itu pada Agustus 2007.

"Victoria park kami berkumpul, melepas beban masih tersimpul... Victoria park kami bertemu, melepas rindu kawan senasib..."

Mendadak mata Franky terbuka, dan dari sudut matanya menitik air mata. Ah... tapi dia sudah tak bisa apa-apa, juga tak bisa berkata-kata. Matanya kosong, tapi dari mulutnya terdengar keluh, pertanda menahan rasa sakit yang amat sangat.

Oleh Mba Anti, saya diminta bernyanyi terus, siapa tahu Franky akan menemukan kesadarannya kembali. "Ini ada Mas Jodhi, Frank. Dulu nyanyi bareng di Hongkong," ucap Anti.

"Hamparan rumput, pencakar langit. Hembusan angin, usir gelisah..." saya melanjutkan lagu yang kami bikin bersama di sebuah flat sederhana di sekitar Victoria Park, Hongkong.

Alat pacu jantung itu pun menanjak, pertanda detak jantung Franky yang melemah kembali menguat. Sambil terus bernyanyi, saya memijat lengannya yang tinggal pembalut tulang.

"Kami bernyanyi... menghibur hati... kami bernyanyi untuk hak-hak kami... yang ditindas yang dirampas.. mereka..."

Saya pun lantas terkenang, saat kami bersama-sama membuat komposisi lagu itu. Saya yang semula hanya menuliskan romantisme nasib buruh migran, langsung terprovokasi oleh Franky yang meminta saya untuk menambahi kalimat dalam syair itu lebih bertenaga, lebih garang. Maka lahirlah kalimat itu, "kami bernyanyi untuk hak-hak kami... yang ditindas yang dirampas.. mereka..."

Setelah kepada saya Franky terang-terangan "pergi" dari dunia industri musik Indonesia di akhir 90-an, penyanyi ini memang nampak lebih garang dalam bernyanyi.

Tutur kata puitis yang sebelumnya saya kenali dalam lagu-lagunya, terutama saat dirinya berduet dengan adik kandungnya, Jane Sahilatua, langsung lenyap. Pergaulannya pun mulai melebar ke wilayah politik. Franky saya lihat mulai dekat dengan Amien Rais yang ketua PAN saat itu, Gus Dur yang Ketua PKB, Taufik Kiemas yang Dewan Penasihat PDI Perjuangan, Emha Ainun Nadjib yang budayawan, serta nama-nama lain yang memberinya cakrawala lebih luas dan beragam.

Terakhir, setelah menjadi Duta Buruh Migran, Franky pun sangat intens bergabung dengan komunitas Bhineka Tunggal Ika, sebuah komunitas yang memperjuangkan pluralisme. Bersama sutradra Garin Nugroho, Franky bahkan sempat berkeliling di beberapa kota membawakan pementasan bertajuk "Pancasila Rumahku", sebuah upaya untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih "meng-Indonesia".

Pernah pada suatu malam, saya "protes" kepada Franky. Saya bilang kepadanya bahwa saya rindu Franky yang dulu, Franky yang menyanyikan lagu "Musim Bunga", "Lelaki dan Rembulan", "Kepada Angin dan Burung-burung", "Menunggu Bumi Senja", dan lagu-lagu bersahaja dengan lirik dan harmoni indah menurut versi saya.

Lalu dia pun menjawab, "Bung, tugas saya dengan industri musik telah selesai. Sekarang saya harus melanjutkan perjalanan ke wilayah lain, wilayah sesungguhnya yang penuh dengan air mata."

Ya, ya, saya pun harus menghormati pilihan Franky. Entah kepingin mengajak saya bersenang-senang, atau entah agar saya lebih bisa memahami pilihan musiknya, saya pun kerap diajak Franky ke beberapa komunitas, terutama komuntas yang berkait dengan persoalan buruh. Mafhumlah, Franky memang menjadi Duta Buruh Migran.

Sedang asyik saya mengenangkan perkawanan saya dengan Franky, mendadak Jane Sahilatua masuk, menggantikan Mba Anti berjaga. Melihat saya bersenandung, buru-buru Jane mengeluarkan telepon selularnya. Saya pun berhenti bersenandung, ketika dari HP milik Jane terdengar bunyi gitar. Entah lagu apa yang diputar, sebab hanya suara gitar saja yang keluar tanpa melodi yang memudahkan saya untuk mengidentifikasi judul lagu yang diputar Jane.

Saya pun ingat, Jane dan adiknya, Johny Sahilatua, memang sedang menggarap album daur ulang yang pernah dipopulerkan Franky and Jane. Menurut seorang kawan yang pernah memperdengarkan calon album itu, hasil penjualan album tersebut untuk membiayai pengobatan Franky selama sakit.

Melihat Jane memperdengarkan lagu di telinga sang kakak, menyaksikan dua manusia yang ketika saya masih SMP telah membuat saya tersihir oleh lagu-lagunya kini dalam kondisi yang memprihatinkan, membuat hati saya sedih tak terkira.

Buru-buru saya pamit kepada Jane, dan berjanji untuk datang kembali.

Dan malam ini, saya memang datang kembali. Tapi Franky telah pergi, menghadap ilahi pada Rabu pukul 15,15 di RS Medika Permata Hijau, Jakarta Barat. Dia membawa serta semua perjalanan hidupnya untuk bertemu kembali dengan Pemilik Segenap Riwayat.

Selamat tidur dalam damai, Bung Franky.

Jodhi Yudono

http://oase.kompas.com/read/2011/04/20/18422049/Kami.Bernyanyi.untuk.Franky

http://www.flickr.com/photos/ghozy/

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik